"sisi lain seorang pengajar"

Kasih Ibu kan Selalu Abadi

Kadang kita tidak pernah menyadari betapa besar cinta yang telah diberikan oleh ibu kita sepanjang perjalanan hidup kita. Kita mungkin malah merasa bahwa ibu kita tidak menyayangi kita. Cobalah kita renungkan kembali, perjalanan hidup kita mulai dari kecil sampai saat ini. kita mengingat kembali apa yang telah kita terima dari ibu kita dan apa yang telah kita berikan. Tetapi bukan hanya sebatas pada cinta seorang ibu, juga pada ayah kita. Pada kedua orang tua kita. Mungkin Anda sudah tidak ingat lagi semua kejadian dan pengalaman Anda mulai dari kecil bersama dengan orang tua Anda, khususnya dengan ibu Anda.

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu. Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.

Saat kau berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang. Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur 4 tahun, dia membelikanmu pensil berwarna. Sebagai balasannya kau mencoret-coret dinding rumah dan meja makan.

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan bagus. Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.

Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasannya, kau berteriak, “nggak mau”.

Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola. Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim. Sebagai balasannya, kau tumpahkan sehingga mengotori seluruh bajumu.

Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianomu. Sebagai balasannya, kau sering bolos dan tidak pernah berlatih.

Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun. Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantarmu ke bioskop dengan teman-temanmu. Sebagai balasannya, kau meminta dia duduk di barisan lain.

Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus untuk orang dewasa. Sebagai balasannya, kau menunggu sampai dia keluar rumah.

Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya. Sebagai balasannya, kau katakan bahwa dia tidak tahu mode.

Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya kempingmu selama sebulan liburan. Sebagai balasannya, kau tidak pernah meneleponnya.

Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kau pakai telepon rumah nonstop semalaman untuk pacaran.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu saat kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “dari mana saja kau seharian ini?”. Sebagai balasannya, kau jawab “ah ibu cerewet amat sih, mau tahu urusan orang saja!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “aku tidak ingin seperti ibu!”

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus peguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa liburan ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikan satu set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau menceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana kalian di masa depan. Sebagai balasannya, kau mengeluh, “aduh bagaimana ibu ini, kok bertanya seperti itu!”

Saat kau berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberimu beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya, “bu sekarang jamannya sudah beda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “bu saya sibuk sekali, nggak ada waktu!”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat banyak hal yang belum kau lakukan untuk beliau. Perasaaan bersalah datang bagai godam tanpa akhir secara bertubi-tubi menghantam hatimu.

“There is one pretty child in the world and every mother has it”
Jika beliau masih ada, jangan lupa memberikan kasih sayangmu harus lebih dari yang pernah kau berikan selama ini. Jika beliau sudah tiada, ingatlah kasih sayang dan cintanya yang tulus tanpa syarat kepadamu. Semuanya belum terlambat jika kita mau untuk memperbaikinya.
Labels: Renungan

Thanks for reading Kasih Ibu kan Selalu Abadi. Please share...!

0 Comment for "Kasih Ibu kan Selalu Abadi"

Back To Top